Friday 13 August 2010

Hit Or Miss

Ia disana, pemuda yang Merlin cari sedang duduk di dekat jendela, memandangi hujan yang masih belum rela menyudahi aksinya. Setelah mencari sepanjang 3 gerbong akhirnya Merlin berhasil menemukan tokoh dari mimpi bodohnya. Namun tidak seperti di mimpinya, pemuda ini nampak baik-baik saja. Tak ada noda darah maupun luka terbuka yang patut dikhawatirkan. Sejauh pengamatan Merlin, pemuda itu masih hidup. Satu-satunya yang nampak mencuri kesadaran pemuda itu adalah sebuah kantuk yang menggelayut berat di bawah kelopak matanya. Merlin memutuskan untuk bergerak cepat sebelum pemuda itu benar-benar tertidur.
"Hey, maaf, ini akan terdengar aneh. Anda kenal saya?"
Pemuda itu mendongak dan melihat Merlin dengan raut bingung. Semangat Merlin dengan cepat menguap. Suara kecil di kepalanya mengatakan langkah yang ia ambil sudah cukup bodoh, dan bahkan sekarang ia terlihat lebih bodoh dengan bertanya apa orang yang ia temui dalam mimpi mengenalnya di dunia nyata.
"Ah, sudahlah, mungkin salah orang. Maaf" ucap Merlin sambil berbalik pergi.

(chaos)

Sunday 8 August 2010

Train Blues

Tetes hujan perlahan membasahi jendela kereta yang bergerak kencang. Kereta terus bergerak dengan kencang dan konstan, menuju tujuannya, dikendalikan oleh seorang masinis yang handal yang sudah berpengalaman selama 6 tahun. Di dalam gerbong tengah, suasananya terasa lapang dan tenang, dikarenakan hanya sedikit orang yang menaiki kereta. Jika dihitung, hanya ada 5 orang termasuk K, yang sedang termenung di kursinya.

K memandangi air hujan yang merayap di jendela akibat gerak kecepatan kereta. Dia lebih memilih memandang gerak hujan dibandingkan pemandangan perkotaan yang sudah biasa dilihatnya. Suara mesin kereta yang teratur dan berisik mengusik telinganya, dan K berkonsentrasi untuk tidak terlalu memperhatikannya.“Bising dan membosankan sekali.” Keluhnya “ jika kamu menyuruhku untuk melakukan perjalanan jauh, setidaknya siapkanlah hiburan untukku.” Keluhnya kepada dirinya sendiri, lebih tepatnya, kepada kesadaran yang tidak diketahuinya, kesadaran yang mengendalikan dirinya saat kesadaran ‘K’ tidak aktif. Tidak ada jawaban. Tentu saja pikir K, seandainya dia bisa berkomunikasi dengan kesadaran yang satu lagi, dia tidak perlu mengalami hal seperti ini. Setidaknya dia bisa bernegosiasi dengannya, mungkin bisa saling kompromi? Jika ingin melakukan perjalanan, setidaknya siapkanlah sesuatu untuk perjalanan.

Perlahan, K merasa mengantuk, dan rasa bosannya memiliki pengaruh besar akan rasa kantuknya. “huaam..mungkin sebaiknya aku tidur dulu.” Katanya kepada dirinya sendiri. Tunggu sebentar! Bagaimana kalau saat kau tidur dia kembali mengambil alih tubuhmu!? Tanya K kepada dirinya sendiri. Sedikit terpikir untuk menahan kantuk hingga sampai tujuan, tapi rasa kantuk menyerangnya tanpa ampun. Yang terjadi, terjadilah, jawab K kepada pertanyaannya, dan perlahan, kesadarannya pun meredup.

Striferser