Saturday 19 June 2010

K

K
Dia menutup dirinya sendiri dalam dunia nada dan simfoni. Mendengarkan lagu klasik merupakan cara menghabiskan waktu yang paling disukainya. Dia menutup matanya, memusatkan segala perhatian kepada lagu 9th symphony gubahan sang komposer ternama, Ludwig Van Bethoven. Dia bertanya kepada dirinya sendiri, apakah lagu ini sudah sesuai dengan bayangan Bethoven? seperti apakah suara 9th symphony yang ada di kepala Bethoven, yang saat membawakan lagu ini beliau sudah tuli? Pertanyaan yang tidak akan pernah terjawab. Dia tidak memikirkannya lebih lanjut, dan menyerahkan dirinya kedalam buaian penuh ekstasi dari lagu 9th symphony yang sekarang memasuki 4th movement, bagian paling disukainya.

Setelah menikmati sensasi bagaikan orgasme dari mendengarkan 9th symphony, dia melepas headphone yang terpasang di telinganya, dan berjalan dengan pelan ke kamar mandi. Didalam kamar mandi dia melihat dirinya sendiri di cermin, sesosok pria yang terlihat berusia sekitar 20 tahunan (walau umur aslinya tidak seperti yang kelihatannya), dengan rambut hitam yang panjangnya sebahu, alis tipis, dan mata yang sipit. Tubuhnya kurus dan tinggi, dan teman-temannya mengidentikkannya dengan tiang listrik ( secara pribadi, dia tidak menyukai dirinya disamakan dengan tiang listrik) Dia melihat dirinya sendiri yang terpantul di cermin, dan bertanya kepadanya “K (nama samaran), hari ini adalah hari yang normal dan damai, dan kamu harus mensyukurinya” Dirinya yang dicermin menganggukkan kepalanya, dan dia merasa puas dengan jawaban tersebut. Dia mengambil sikat gigi berwarna biru, dan setelah mengoleskan odol mulai menggosok giginya dengan ritme teratur.

Setelah menyelesaikan rutinitasnya yang biasa dia lakukan di malam hari sebelum tidur, K mematikan lampu kamar, lalu merebahkan tubuhnya yang letih di ranjang. Pandangannya terarah pada langit-langit yang gelap, dan dia berkata kepada dirinya sendiri “semoga hari-hari yang damai terus berlanjut”. Setelah mengatakan hal tersebut,kata-kata juga berfungsi sebagai doa tanpa alamat tujuan (K sulit memahami konsep ‘Tuhan’), dia menutup matanya, dan membiarkan dirinya terbawa ke dalam alam mimpi, mengharapkan ketenangan. Sayang, yang menyambutnya adalah mimpi buruk yang mengingatkannya kepada kejadian di masa lalu, kejadian yang diwarnai dengan warna merah darah.

Strife

No comments:

Post a Comment